LATAR BELAKANG
Manusia dan kebudayaan merupukan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain. Dalam pembahasan awal mata kuliah Ilmu Budaya Dasar kita sudah bicarakan bahwa kedua hal tersebut merupakan dasar bagi pembahasan materi-materi selanjutnya. Dalam uraian ini kita akan mencoba membahas tentang pengertian-pengertian dasar tentang manusia dan kebudayaan. Uraian ini dimaksudkan untuk memberikan dasar yang lebih kuat untuk pembahasan tentang materi Ilmu Budaya Dasar.
A. MANUSIA
Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia), manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisika), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik) makhluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat), dan lain sebagainya.
Jika kita berbicara tentang manusia, pasti akan menjadi perbicaraan yang sangat panjang dan tidak berujung, karena ciptaan Tuhan yang sangat sempurna ini terdapat banyak sekali hal yang dapat dijadikan bahan perbicaraan. Sebenarnya ada banyak sekali unsur-unsur yang membangun manusia, namun dari sekian banyak unsur-unsur itu, di sederhanakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani.
Unsur jasmani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan fisik manusia, seperti makan, minum, dan lain-lain. yang jika tidak di penuhi maka akan berakibat buruk bagi manusia itu. Sedangkan unsur rohani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan rohani, atau hati manusia. Seperti agama atau keyakinan, ketenangan hati, rasa aman, rasa bahagia dan lain-lain.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia.
1) Manusia terdiri dari empat unsur terkait, yaitu :
Jasad, yaitu badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu.
Hayat, yaitu mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
Ruh, yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
Nafs, yaitu diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.
2) Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
Jika kita berbicara tentang manusia, pasti akan menjadi perbicaraan yang sangat panjang dan tidak berujung, karena ciptaan Tuhan yang sangat sempurna ini terdapat banyak sekali hal yang dapat dijadikan bahan perbicaraan. Sebenarnya ada banyak sekali unsur-unsur yang membangun manusia, namun dari sekian banyak unsur-unsur itu, di sederhanakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani.
Unsur jasmani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan fisik manusia, seperti makan, minum, dan lain-lain. yang jika tidak di penuhi maka akan berakibat buruk bagi manusia itu. Sedangkan unsur rohani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan rohani, atau hati manusia. Seperti agama atau keyakinan, ketenangan hati, rasa aman, rasa bahagia dan lain-lain.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia.
1) Manusia terdiri dari empat unsur terkait, yaitu :
Jasad, yaitu badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu.
Hayat, yaitu mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
Ruh, yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
Nafs, yaitu diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.
2) Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
- Id, yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak tampak merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcious). Terkurung dari realitas dan pengaruh sosial, Id diatur oleh prinsip kesenangan, mencari kepuasan instingsual libidinal yang harus dipenuhi baik secara langsung melalui pengalaman seksual, atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan. Proses pemenuhan kepuasan yang disebutkan terakhir yang dilakukan secara tidak langsung disebut sebagai proses primer. Obyek yang nyata dari pemuasan kebutuhan langsung dalam prinsip kesenangan ditentukan oleh tahap psikoseksual dari perkembangan individual.
- Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat anak secara nyata berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip realitas. Ego sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah laku sehingga dorongan instingtual Iddapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima. Pencapaian obyek-obyek khusus untuk mengurangi energi libidinal dengan cara yang dalam lingkungan sosial dapat diterima disebut sebagai proses sekunder.
- Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan Ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Baik aspek negatif maupun positif dari standar moral tingkah laku ini diwakilkan atau ditunjukkan oleh superego. Kode moral positif disebut ego ideal, suatu perwakilan dari tingkah laku yang tepat bagi individu untuk dilakukan. Kesadaran membentuk aspek negatif dari superego, dan menentukan hal-hal mana yang termasuk dalam kategori tabu, yang mengatur bahwa penyimpangan dari aturan tersebut akan menyebabkan dikenakannya sangsi. Superego dan Id berada dalam kondisi konflik langsung, dan ego menjadi penengah atau mediator. Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terinternalisasi.
Dari uraian di atas dapat mengkaji aspek tindakan manusia dengan analisa hubungan antara tindakan dan unsur-unsur manusia. Seringkali, misalnya orang yang senang terhadap penyimpangan terhadap nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh Id dibanding superegonya, atau serigkali ada kelainan yang terjadi pada manusia, misalnya orang yang berparas buruk dan bertubuh pendek berani tampil ke muka umum, dapat diterangkan dengan mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri) yang dimiliki oleh manusia. Kesemua unsur tersebut dapat digunakan sebagai alat analisa bagi tingkah laku manusia.
B. HAKEKAT MANUSIA
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh merupakan materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya akan hancur dan lenyap. Jika terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sbagai penggerak dan sumber kehidupan.
Tubuh merupakan materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya akan hancur dan lenyap. Jika terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sbagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan
makhluk lainnya
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi
oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa
manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Adanya nilai baik dan buruk , mengharuskan manusia mampu
mempertimbangkannya., menilai dan berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan,
kenaikan dan sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia mampu
menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua
macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah
rangsangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada
manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya
terdapat pada manusia, misalnya:
- Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan. Seseorang merasa senang atau puas apabila ia dapat mengetahui sesuatu, sebaliknya tidak senang atau tidak puas apabila ia tidak berhasil mengetahui sesuatu.
- Perasaaan estetis, perasaan yang berkenaan dengan keindahan. Seseorang merasa senang apabila ia melihat atau mendengar sesuatu yang indah, sebaliknya timbul perasaan kesal apabila tidak indah.
- Perasaan etis, perasaan yang berkenaan dengan kebaikan. Seseorang merasa senang apabila sesuatu itu baik, sebaliknya perasaan benci apabila sesuatu itu jahat.
- Perasaan diri, perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain. Apabila seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi, angkuh, dan sombong. Sebaliknya, apabila ada kekurangan pada dirinya ia merasa rendah diri (minder)
- Perasaan sosial, perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain. Apabila orang berhasil ia ikut senang, apabila orang gagal atau memperoleh musibah, ia ikut sedih.
- Perasaan religius, perasaan yang berkenaan dengan agama dan kepercayaan. Seseorang merasa tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
c. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor
hayati dan budayawi. Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari
segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi,
genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan sebagianya. Sebagai makhluk
budayawi manusi dapat dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan,
psikologi sosial, kesenian, ekonomi, perkakas, bahasa, dan sebagainya.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, dan religius.
Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai
dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian,
nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meingkatkan kehidupan estetis ke
dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan
dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya
dengan Tuhan.
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula ia menuju kesempurnaan dan semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran. Semakin dalam penghayatan terhadap Tuhan, semakin bermakna pula kehidupannya dan akan terungkap pula kenyataan manusia individual atau kenyataan manusia subyektif yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi.
C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam
dalam dirinya keahlian di dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat
dan kesusastraan cina klasik.
Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalam masyarakat Barat,
dimana konsep individu itu mengambil tempat yang amat penting. Biasanya
menganalisis jiwa manusia dengan terlampaui banyak menekan kepada pembatasan
konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.
Sampai sekarang, ilmu psikologi di negara-negara Barat itu terutama
mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori mengenai aneka warna isi jiwa,
serta metode-metode dan alat-alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail
variasi isi jiwa individu itu. Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan
konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan
lingkungan sosial budayanya.
Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Kedua lingkaran
itu berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan
pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam, sehingga tidak disadari lagi
oleh individu yang bersangkutan. Bahan pemikiran dan gagasan tadi sering tidak
utuh lagi, beberapa bagian sudah hilang terlupakan, dan unsur-unsurnya ibarat
isi impian sudah tidak lagi tersusun menurut logika yang biasa dianut manusia
dalam hidupnya sehari-hari. Individu yang bersangkutan sudah lupa akan
unsur-unsur pikiran dan gagasan tersebut, tetapi dalam keadaan tertentu
unsur-unsur itu bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan hidup
sehari-harinya. Daerah pedalaman dan jiwa manusia sudah banyak diteliti dan
dianalisis oleh para ahli psikioanalisis seperti sigmun freud dan
pengikut-pengikutnya.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan (unexpressed conscious).
Lingkaran it terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari
oleh si individu yang bersangkutan,tetapi disimpannya saja di dalam alam
jiwanya sendiri dan tak dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
Hal itu disebabkan ada kemungkinan, bahwa :
a) Ia takut salah dan takut dimarahi orang apabila ia menyatakannya, atau
karena ia punya maksud jahat.
b) Ia sungkan menyatakannya, atau karena belum yakin bahwa ia akan mendapat
respons dan pengertian yang baik dari sesamanya, atau takut bahwa walaupun
diberi respons, respons itu sebenarnya tak diberikkan dengan hati yang ikhlas
atau juga karena ia takut ditolak mentah-mentah.
c) Ia malu karena taku ditertawakan, atau karena ada perasaan bersalah yang
mendalam.
d) Ia tidak bisa menemukan kata-kata atau perumusan yang cocok untuk
menyatakan gagasan yang bersangkutan tadi kepada sesamanya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang
orang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu diajak
bergaul secara mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan
tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau
dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
Orangtua, saudara kandung, kerabat dekat, sahabat karib, biasanya merupakan
penghuni penting dari daerah nomor 3 dalam alam pikiran manusia ini, yang
kecuali tokoh-tokoh manusia sering juga ditempati oleh pikiran-pikiran, dan
perasaan-perasaan terhadap binatang kesayangan, benda kesayangan, benda pusaka,
dan juga oleh hal-hal, ide-ide atau ideologi-ideologi yang dapat menjadi
sasaran rasa kebaktian penuh dari jiwanya, seperti Tuhan bagi kita, roh nenek
moyang bagi orang beriligi animis, ideologi komunis bagi orang komunis dan
sebagainya.
Nomor 2 disebut lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap
sayang dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang,
binatang atau benda-benda itu bagi dirinya. Bagi seorang murid, guru berada
didaerah lingkungan 2 dari alam pikirannya; bagi seorang pedagang, para
pembelinya ada di situ; bagi seorang tukang cukur, langganannyalah berada di
situ dan sebagainya. Kecuali manusia, juga banyak benda dan alat kehidupan
sehari-hari yang dipergunakan manusia secara otomatis, tanpa banyak
mengeluarkan perasaan, kecakapan atau tenaga, berada juga di daerah lingkaran
nomor 2 itu. Contoh dari benda-benda yang terletak pada lingkaran itu adalah
pakaian harian, alat-alat makan, perabot rumah tangga, uang dan sebagainya.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap
dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan
dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang
sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari.
Bagi petani Jawa di desa-desa Jawa Tengah, pandangan mereka tentang kota
Jakarta mungkin terletak dalam daerah lingkaran ini, bagi seorang mandor jalan
di Jawa Timur, pandangannya tentang komputer IBM 1130 dari Departemen PUTL di
Jakarta terletak dalam daerah lingkaran ini. Mungkin orang-orang tadi akan
kagum apabila mereka mendengar mengenai hal-hal tersebut, tetapi sesudah itu
tidak ada kelanjutan lebih jauh dari kekaguman tadi karena bagi hal-hal
tersebut di atas tak ada tempat dan fungsi langsung dalam kehidupan mereka.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang terletak dalam
lingkungan nomor 1, hanya bedanya terdiri dari pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakat dan
negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa
bodoh.
D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti
akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah
akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti
perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan = cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa inggris) = tsaqafah
(bahasa arab), berasal dari perkataan latin : “colere” yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan
sama. Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan
kebudayaan, karena IBD berbicara tentang dunia idea tau nilai, bukan hasil
fisiknya. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu
pada pengertian sebagai berikut :
- Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
- Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian luas,
meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan
lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran,
perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol
yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia,
termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan
terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap
nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah bersifat universal,
dapat diterima oleh pendapat umum meskipun dalam praktek, arti kebudayaan
menurut pendapat umum ialah suatu yang berharga atau baik.
- Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman
(kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai.
- Koentjaraningrat
Mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia
yang harus dibiasakannya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi
pekertinya.
- A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952:34)
Dalam bukunyan Culture, a critical review of concepts and definitions
mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa
manusia dalam arti seluas-luasnya.
- Malinowski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas
berbagai system kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan
corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan
keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni
seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.
- E.B Taylor (1873:30)
Dalam bukunya Primitive Culture kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau
jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila,
hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang
sebagai anggota masyarakat.
- Herkovis
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan
yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus.
- Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi
Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
- Sutan Takdir Alisyahbana
Mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi manusia
untuk mencapai kesempurnaan hidup. Hasil buah budi manusia itu dapat kita bagi
menjadi 2 macam :
- Kebudayaan material (lahir), yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya : rumah, gedung, alat-alat senjata, mesin-mesin, pakaian dan sebagainya.
- Kebudayaan immaterial (spiritual=batin), yaitu : kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan
menmpunyai empat unsur, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan
kekuatan politik. Sedangkan Broinslaw Malinowski mengatakan unsur-unsur itu
terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun
petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu
kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya
unsur tersebut, kebudayaan disini lebih mengandung makna totalitas daripada
sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Menurut Kluckhohn
dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture ada tujuh unsur dalam
kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system
organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup,
system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas,
masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
- Sistem religi dan upacara keagamaan : merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
- Sistem organisasi kemasyarakatan : merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
- Sistem pengetahuan : merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
- Sistem mata pencaharian hidup : merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
- Sistem teknologi dan peralatan : merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
- Bahasa : merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
- Kesenian : merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
Perlu dimengerti bahwa unsur-unsur kebudayaan yang membentuk struktur
kebudayaan itu tidak berdiri lepas dengan lainnya. Kebudayaan bukan hanya
sekedar merupakan jumlah dari unsur-unsurnya saja, melainkan merupakan
keseluruhan dari unsur-unsur tersebut yang saling berkaitan erat (integrasi),
yang membentuk kesatuan yang harmonis. Masing-masing unsur saling mempengaruhi
secara timbale-balik. Apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur, maka
akan menimbulkan perubahan pada unsur yang lain pula.
Perbedaan Kebudayaan Dalam Dua
Bentuk Wujud
- Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata.
Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang, seperti televise, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, dan gedung pencakar langit. Kebudayaan secara material adalah semua benda dan alat kerja yang
dihasilkan oleh teknologi. Kebudayaan material dapat dikatakan sebagai wujud
dari kebudayaan yang bersifat abstrak, yang memberi pengertian dan nilai kepada
benda-benda material sebagai hasil usaha dan kerja manusia yang dilakukan
secara sadar dan bertujuan. Teknologi merupakan unsur budaya yang sangat
penting sebab perubahan teknologi akan memengaruhi unsur kebudayaan lain.
Misalnya, perubahan teknologi berburu menjadi teknologi pertanian. Masyarakat
tradisional yang masih menerapkan cara hidup berburu biasanya memiliki anggota
yang relatif sedikit, hidup berpindah-pindah serta cenderung menggunakan
teknologi yang sederhana dan mudah dibawa serta. Akan tetapi, dengan ditemukannya
teknik pertanian, masyarakat tersebut akan tinggal secara menetap, jumlah
penduduknya bertambah, dan mulai menggunakan peralatan dan teknologi yang
beragam. Di sisi lain, di sela menunggu hasil pertanian panen, mereka
mengembangkan kerajinan tangan dan kesenian.
- Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, yaitu seperti dongeng, cerita rakyat dan lagu atau tari
tradisional. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.
F. WUJUD KEBUDAYAAN
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan
adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama,
kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki ciri dapat dilihat, diraba, dan
dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah
(spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan
rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami. Koentjaraningrat
dalam karyanya kebudayaan. Mentaliter, dan pembangunan menyebutkan bahwa paling
sedikit ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :
- Sebagai suatu kompeks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
- Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
- Sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat
diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan
manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada
masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling
berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau culture system, yang
dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai tindakan
berpola manusia itu sendiri. Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa
diobservasi, difoto dan didokumentasi.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil
fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda
yang bias diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas
dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: Gagasan,
Aktivitas, dan Artefak.
- Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
- Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
- Artefak (karya)
G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kluckhohn dalam Pelly
(1994) mengemukakan bahwa nilai
budaya merupakan sebuah konsep beruanglingkup
luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah
sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini
mendorong individu untuk berperilaku seperti apa
yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa
hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil. Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia
tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan
wujud ideal dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem
nilai budaya suatu masyarakat
merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan
mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup.
(2) hakekat kerja atau karya
manusia.
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu.
(4) hakekat
hubungan manusia dengan alam sekitar.
(5) hakekat dari hubungan manusia
dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan
masalah universal ini dengan berbagai
variasi yang berbeda – beda. Seperti
masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam
banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup
itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya
berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan
nirwana, dan mengenyampingkan
segala tindakan yang dapat menambah
rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan
seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan
makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak
kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep
kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada
kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan
hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan
tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan
kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi
prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang
memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus
usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan
yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap
alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia.
Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk
dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan
keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola
aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan
hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah,
mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan
horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi,
kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat
eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung
untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau
pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic
(kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan
mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly
(1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system
hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang.
Tetapi dalam masyarakat yang mementingkan
kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan
kepada masing – masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan
pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa
atau variasi antara kedua pola yang ekstrim
itu yang dapat disebut sebagai pola transisional.
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia
yang universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap
masyarakat dan kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan
kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas selalu ada.
Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas
untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik
– titik kelemahan dari
kebudayaan Indonesia yang menghambat
pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu,
mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak
berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan
kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku –
suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.
H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun
masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan
dengan masyarakat lainnya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diterima Atau Tidaknya Suatu Unsur
Kebudayaan Baru
Berikut ini merupakan faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu
unsur kebudayaan :
- Terbiasanya masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai kebudayaan yang berbeda. Sebuah masyarakat yang terbuka bagi hubungan-hubungan dengan orang yang beraneka ragam kebudayaannya, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang bersikap terbuka terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Sikap mudah menerima kebudayaan asing lebih-lebih lagi nampak menonjol kalau masyarakat tersebut menekankan pada ide bahwa kemajuan dapat dicapai dengan adanya sesuatu yang baru, yaitu baik yang datang dan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari kebudayaan yang datang dari luar.
- Kalau pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut ditentukan oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut; maka penerimaan unsur-unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami kelambatan karena harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan pada ajaran agama yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru akan dapat diterima jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak pranata-pranata yang sudah ada.
- Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem otoriter akan sukar untuk dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru, kecuali kalau unsur kebudayaan baru tadi secara langsung atau tidak langsung dirasakan oleh rezim yang berkuasa sebagai sesuatu yang menguntungkan mereka.
- Suatu unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu masyarakat kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di pulau Jawa, adanya sepeda sebagai alat pengangkut dapat menjadi landasan memudahkan di terimanya sepeda motor di daerah pedesaan di Jawa; dan memang dalam kenyataan demikian.
- Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan, dibandingkan dengan sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan yang sukar secara konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya radio transistor dengan mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan bahkan dari golongan berpenghasilan rendah merupakan benda yang biasa dipunyai.
Penyebab Terjadinya Gerak Atau Perubahan Kebudayaan
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
:
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya
sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar
masyarakat.
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari
Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan
sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu
pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik
penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk
pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut
terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917)
yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem
diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut
menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan
dalam keluarga.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari
Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya
sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini
sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang
memaksa. Masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah
kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru,
maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada
struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat
me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan
ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan
yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan
muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat
bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang
dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang
bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai
pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian),
dan bahasa.
Dalam masyarakat maju, perubahan kebudayaan biasanya terjadi melalui
penemuan (discovery) dalam bentuk ciptaan baru (inovatiori) dan melalui proses
difusi. Discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai
hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala atau lebih. Invention adalah
suatu penciptaan bentuk baru yang berupa benda (pengetahuan) yang dilakukan
melalui penciptaan dan didasarkan atas pengkom-binasian pengetahuan-pengetahuan
yang sudah ada mengenai benda dan gejala yang dimaksud.
Ada empat bentuk peristiwa perubahan kebudayaan. Pertama, cultural lag,
yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu
masyarakat. Dengan kata lain, cultural lag dapat diartikan sebagai bentuk
ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan
pertama kali dan saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat
menyesuaikan diri terhadap benda tersebut.
Kedua, cultural survival, yaitu suatu konsep untuk meng-gambarkan suatu
praktik yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap
hidup, dan berlaku semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat
semata-mata. Jadi, cultural survival adalah pengertian adanya suatu cara
tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu hingga sekarang.
Ketiga, pertentangan kebudayaan (cultural conflict), yaitu proses
pertentangan antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Konflik budaya
terjadi akibat terjadinya perbedaan kepercayaan atau keyakinan antara anggota
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Hubungan Antara Manusia Dengan
Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal,
maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu
kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta
maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuia dengannya. Tampak bahwa
keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita
lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan
kemasyarakatan.pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan
yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak
dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu bahwa manusia tidak
dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan
dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan
jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan,
emosi, kemauan, fantasi dan perilaku.Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh
manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika
antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia
itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena
manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan
yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendudukungnya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang
setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai
dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain, proses dialektis tercipta
melalui tiga tahap, yaitu :
- Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
- Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif.
- Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disegrap kembali oleh manusia.
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu
mempunyai hubungan keterkaitan yang erat atu sama lain. Pada kondisi sekarang
ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan.
Contoh-Contoh Hubungan Antara
Manusia dengan Kebudayaan
1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau
biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang
melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa
yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang
dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih
mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (sense of value).
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus
kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan
sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket,
pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing
kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang
tersendiri pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar
agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka
bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat
hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat
tinggal.
Pengertian Dialektis
Masyarakat dan kebudayaan terjadi hubungan yang bersifat dialektis, artinya
antara hakikat yang terdapat pada manusia itu berpengaruh dan mempengaruhi
hakikat yang ada pada kebudayaan. Kebudayaan merupakan desain kehidupan manusia
(design for living). Hubungan masyarakat dan kebudayaan yang bersifat dialektis
ini sering disebut dengan Dialektika Budaya. Atau hubungan antara manusia dan
kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan
masyarakat yang saling terkait satu sama lain.
3 Tahap Dalam Proses Dialektis
Proses dialektis ini tercipta
melalui 3 tahap yaitu :
- Eksternalisasi, yaitu :
Proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
- Obyektifitas, yaitu :
Proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif yaitu suatu kenyataan
yang terpisah dalam manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian,
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
- Internalisasi, yaitu :
Kesimpulan
1. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadangkala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
2. Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
3. Menurut C.Kluckhohn, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian.
2. Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
3. Menurut C.Kluckhohn, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian.
4. Kepribadian bangsa timur merupakan sosok yang patut di contoh. Itu bisa dilihat dari cara berbicara, cara berpakaian, cara berpikir. Misalkan saat mereka menyapa orangtua, mereka dengan sopan dan memperlakukan dengan baik dan sopan santun.
5. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata dalam penyampaian
makna. Kritik dan saran dari pembaca, penulis terima dengan ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Widyo., Achmad Muchji. 1996. MKDU: Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Universitas Gunadarma.
Pratama, Rizky, "Manusia dan Kebudayaan", http://pratama-pc.blogspot.co.id/2015/05/bab-2-manusia-dan-kebudayaan.html, 23 Mei 2015.
Post a Comment
Leave a Reply